Sabtu, 19 Januari 2008

Derajat diri di sisi Allah

Salam

Lebaran idul fitri  lebaran
imikimi - ryanmaphin



Menimbang Derajat Diri disisi Allah

Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka sesungguhnya Allah menepatkan (mendudukan) hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukan Allah dalam jiwanya (hatinya)".

Saudaraku, yang termahal dalam hidup adalah keyakinan pada Allah. Semakin kuat dan mendalam keyakinan kita pada Allah, maka semakin beruntung hidup kita. Betapa tidak, saat itulah kita telah memiliki barang termahal dalam hidup.

Apalah artinya kita memiliki kekayaan melimpah, bila hati kita miskin dari mengenal Allah. Apalah artinya kita dikenal orang banyak, bila kita tidak mampu mengenal Allah. Apalah artinya kita memiliki jabatan tinggi, bila kedudukan kita rendah di hadapan Allah. Intinya, semua yang ada selain Allah adalah cobaan dan fitnah belaka. Walau memiliki dunia, kedudukan kita akan rendah bila tidak mengenal Allah.

Sangat mudah bagi kita untuk mengetahui tinggi rendahnya derajat diri di sisi Allah. Ada tiga tolak ukur. Pertama, dari frekuensi ingat. Dalam 24 jam waktu yang kita miliki tiap hari, berapa jam kita ingat Allah. Saat shalat apakah kita ingat Allah atau ingat yang lain. Saat makan, apakah kita ingat pada Dzat yang mengaruniakan makanan tersebut, atau malah mencela makanan. Saat berangkat kerja, apakah kita sudah meniatkannya sebagai sarana ibadah atau sekadar mencari uang. Saat di perjalanan, apakah kita sibuk berdzikir serta menafakuri ayat-ayat Allah atau malah mata kita jelalatan. Bila hati kita selalu nyambung pada Allah dalam kondisi apapun juga, maka sesungguhnya Allah telah meninggikan derajat.

Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan Allah dalam hatinya. Maka sesungguhnya Allah menepatkan hamba-Nya, sebagaimana hamba itu menempatkan Allah dalam jiwanya (hatinya)". Kedua, sejauh mana usaha kita untuk "menyenangkan" Allah. Tinggi rendahnya derajat kita di sisi Allah dapat terlihat dari senang tidaknya kita melakukan amalan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Allah menyukai shalat berjamaah 27 kali lipat daripada shalat sendirian.

Apakah kita termasuk orang yang bersegera pergi ke masjid tatkala adzan berkumandang, atau malah sibuk dengan urusan dunia? Allah menyukai kedermawanan. Apakah kita sudah termasuk orang yang dermawan? Allah menyukai hamba-hamba yang dekat dengan Alquran. Apakah kita telah bersungguh-sungguh berinterkasi dengan Alquran? Semakin kita gigih "menyenangkan" Allah dengan melakukan amalan yang dicintai-Nya, insya Allah derajat kita akan tinggi di sisi-Nya.

Ketiga, sejauh mana kegigihan kita menghindarkan diri dari maksiat. Salah satu ciri kedekatan seorang hamba dengan Allah, terlihat dari kesungguhannya dalam menjauhi maksiat. Adalah kenyataan bila manusia tidak akan pernah luput dari dosa. Namun, orang-orang yang berkedudukan tinggi di sisi Allah, akan segera bertobat saat ia terjerumus ke dalam maksiat. Ia menyesal, kemudian ber-azam untuk tidak mengulangi kesalahan, dan menggantinya dengan kebaikan yang lebih banyak. Sebaliknya, orang yang jauh dari Allah akan bahagia dengan dosa, tidak memiliki penyesalan, dan mengulanginya lagi di lain kesempatan.

Saudaraku, jangan ada yang ditakutkan dalam hidup ini, kecuali takut tidak dapat mengenal Allah. Harta, pangkat, jabatan, ketenaran, atau ketampanan rupa sama sekali tidak bernilai, bila hati kita hampa dari mengingat Allah. Maka kita harus mulai mengubah cita-cita hidup: cukuplah menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia, dan berkedudukan tinggi di hadapan Allah. Wallahu a'lam.



MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Forest dreams

Rejeki hanya milik Allah

Salam



Penyumbat Saluran Rezeki

Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.
Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?
Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.
Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.
Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.
Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.
Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.
Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.


MySpace Layouts

Myspace Layouts at Pimp-My-Profile.com / Forest dreams

Selasa, 15 Januari 2008

Tahukah engkau apakah arti cinta itu?




Rabu,16 januari 2008... oleh ..Adenoroano
Apakah arti cinta itu?
Itulah pertayaan yang diajukan oleh seseorang kepada Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily ra:
1. Apakah yang disebut minuman Cinta?
2. Apa gelas piala Cinta?
3. Siapa sang peminum?
4. Apakah rasa minumannya?
5. Siapakan para peminum sejati?
6. Apakah rasa segar minuman?
7. Apakah yang disebut mabuk Cinta?
8. Apa pula sadar dari mabuk itu?
Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili menjawab: Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih. Gelas pialanya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati. Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istemewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya. Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan. Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam. Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu. Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan, tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai ragam kadar yang ada, itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta, ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah. Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka dengan matahari ma'rifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah yang disebut Hizbullah (Pasukan-pasukan Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang." (Al-Mujadilah: 22)



Myspace Layouts

Senin, 14 Januari 2008

kreasikoe



Myspace Layouts





036.mp3

Sabtu, 12 Januari 2008

Joget dangdut yuuuuk




Myspace Layouts

Jumat, 11 Januari 2008

senandung rindu




Myspace Layouts